semoga bermanfaat
Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah. Hari pertama anak itu telah memakukan 37 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari di mana anak tersebut sama sekali tidak kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari di mana dia tidak marah. Hari-hari berlalu dan anak laki- laki ini akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut. Sang ayah menuntun anaknya ke pagar. Kau telah berhasil dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang- lubang di pagar ini. Pagar ini tidak pernah bisa SAMA SEPERTI SEBELUMNYA. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka itu tetap ada. Luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik.
Cerita di atas bisa memberikan 2 bimbingan moral: 1. Yang pertama, yang secara eksplisit tersurat bahwa pengendalian emosi bukanlah hal yang mustahil. (dari menancapkan paku menjadi mencabut paku) Dan sekaligus juga bahwa hal-hal yang diputuskan dan dikerjakan dengan unsur emosi yang negatif, mempunyai dampak yang lebih panjang, bahkan setelah emosi yang negatif tersebut hilang. ( lubang paku yang membekas di pagar)
2. Yang kedua, secara implisit bahwa sebagai manusia untuk merubah sifat/kebiasaan menjadi lebih baik bukanlah hal yang mustahil. Mungkin pernah kadang-kadang kita begitu pulang ke rumah, langsung membuka pintu lemari es atau menyalakan TV, melepaskan arloji, atau aktivitas lain sejenis. Yang muncul karena kebiasaan sehari-hari. Yang kita lakukan HANYA karena kebiasaan, bukan dengan suatu TUJUAN tertentu. Ini menunjukkan bahwa di dalam alam bawah sadar kita telah terbentuk suatu pola untuk ber- AKSI atau be-REAKSI secara otomatis dengan adanya pemicu/ stimulus di sekitar kita, yang menjadi KEBIASAAN. Yang dikarenakan sering kita kerjakan berulang-ulang. Proses timbulnya sifat/kebiasaan yang baru sama seperti proses air yang dialirkan di tanah datar secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang panjang. Pada awalnya tetesan/kucuran air ini akan mencari tempat yang SEDIKIT LEBIH RENDAH ; dan menggenanginya. Dengan repetisi yang cukup banyak dan waktu yang relatif lama, akan terbentuk alur aliran air. Dan setiap kucuran air dialirkan ke alur tersebut, secara otomatis air melalui alur yang terbentuk. Demikian pula halnya dengan pembentukan sifat /kebiasaan kita. Hal ini berarti sangat MUNGKIN bagi kita untuk memiliki sifat/ kebiasaan baru. Kita identifikasi sifat/ kebiasaan yang kita harapkan ( tujuan). Setiap hari (kesempatan) kita ambil keputusan/tindakan yang mengarah pada pola kebiasaan tersebut. Pada awalnya ini mungkin menjadi BEBAN. Dengan pengulangan yang rutin dan waktu yang relatif panjang. Hal ini akan menjadi suatu sifat/ kebiasaan baru. Beruntunglah kita yang lahir yang mempunyai kesempatan untuk mengambil suatu keputusan/ tindakan YA atau TIDAK mengambil suatu RESIKO atau TIDAK Bila cerita di atas dibaca setiap pagi sebelum memulai hari, mungkin kita bisa LEBIH mengendalikan emosi negatif. Tanpa harus menggunakan paku dan pagar. Atau bila cerita ini dibaca setiap kali kita kehilangan kendali emosi.
Dalam waktu 3 bulan ( pengulangan sebanyak 90 kali), minimal kita akan ingat DAMPAK yang bisa timbul karena emosi yang negatif. Mungkin persis pada saat kita SELESAI dengan emosi yang negatif. Bila kebiasaan ini diteruskan dalam 3 bulan berikutnya ( pengulangan 180 x) Pikiran tentang DAMPAK emosi negatif akan muncul di TENGAH emosi tersebut. Dengan mengulang cerita ini sebanyak 90 x lagi (pengulangan 270 x), Pikiran tentang DAMPAK emosi negatif akan muncul di AWAL emosi tersebut. Penggenapan kebiasaan ini sampai 1 tahun (total pengulangan 360 x) , Pikiran tentang DAMPAK emosi negatif akan muncul SEBELUM me- respond hal yang POTENSIAL terhadap munculnya emosi tersebut. (bandingkan rata-rata kita mengecap pendidikan formal hampir 16 tahun/mungkin lebih. 1 TAHUN hanyalah 0.06 tahun pendidikan yang pernah kita terima. Namun MANFAATnya, BELUM TENTU lebih kecil dari 0.06 manfaat yang kita peroleh dari HASIL AKADEMIK. Cara itu atas sangat mungkin diterapkan untuk kebiasaan/sifat BARU POSITIF yang lain.
POSTING BERKAITAN
0 komentar:
Posting Komentar